Susi Ivvaty

masa kecil 9

Related Posts

Aku suka sekali main, namanya juga anak. Bukankah masa kanak-kanak adalah masa bermain? Entah bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain, atau..ya bermain saja. Aku paling senang bermain di alam dan bersama alam.

Masa bermainku aku habiskan bersama anak-anak Kauman, kampung di sebelah utara kampungku. Kampungku sendiri bernama Karang Tengah. Nah, kalau di sebelah utara Kauman ada kampung Coyudan. Teman-temanku hampir semuanya dari Kauman. Bukan apa-apa, hanya karena tak ada yang sebaya denganku di Karang Tengah. Kebetulan pula, rumah kakek dan Pak Abu di Kauman, jadi klop.

Temanku, mmmmm banyak. Sri, Yono, Budi, Yuni, Sofan, Eny, dan masih ada beberapa yang lain. Kami mempunyai tempat main favorit, yakni Kali Mbrangkongan. Aku tak tahu ujung sungai ini, tapi sepertinya dari somewhere di kaki Gunung Sindoro. Muaranya pasti laut bukan?. Tempat favorit di Mbrangkongan adalah satu titik di Kampung Ndangkel.

Dulu, kali ini terasa menyeramkan, salah satunya karena di satu sisinya berdiri pohon trembesi. Katanya ini pohon tempat tinggal jin jahat. Kalau ada orang yang lewat pohon itu, ia akan melihat penampakan, semacam memedi gitulah. Hiiiiii....

Lagipula, untuk menjangkau kali itu dari Kauman, kami harus melewati pematang sawah berkelok-kelok. Rasanya jauh....sekali. Di kanan-kiri sawah, menjulang pohon-pohon lebat. Suasana waktu itu betapa sangat nyaman. Tenang dan damai.

Sekarang, kali Mbrangkongan bahkan terlihat sangat kecil. Kesan seram tak ada lagi dan pohon trembesi, meski masih ada, juga tak tampat menyeramkan. Mungkin jin setan kuntilanak penghuni itu sudah kabur, tak tahan dengan bising bus-bus di terminal sebelah. Atau, tertelan megahnya rumah-rumah yang berdiri di sekelilingnya.

Dulu, ada batu besar sekali di kali itu. Di sampingnya ada pohon beringin dengan akar gantung menjuntai. Nah, tali itu biasa kami gunakan untuk main ayunan. Senangnya..... Hanya bermain ayunan saja sudah senang. "Melawat" ke kali Mbrangkongan selalu kami lakukan tiap minggu. Kadang hanya bertiga, bisa juga berlima, atau lebih banyak lagi.

Di batu itu, aku dan teman-teman bercerita tentang apa saja, lalu menyanyi lagu apa saja yang kami bisa. Nah, ceritanya waktu itu Yuni ada yang naksir. Namanya Kholis. Ia tinggal di kota lain, namun punya kerabat di Parakan Kauman. Jadi, kalau tidak sepekan sekali ya dua pekan sekali, ia berlibur ke Kauman.

Cerita Yuni dan Kholis seru abis. Kami kerap mengolok-olok, dan pipi mereka bersemu merah. Cinta monyet saja, karena setelah pertemuan demi pertemuan dan kami beranjak remaja, kisah cinta Yuni dan Kholis berakhir.

Seiring merambatnya waktu, berakhir pula kerekatan pertemanan antara aku, Sri, Eny, dan lainnya. Juga...berakhir pula cerita kali Mbrangkongan, dengan segala kenangannya.

Hhhh. Jadi begitulah. Sebaiknya aku akhiri saja kisah masa kecilku. Masih ada selaksa cerita sebenarnya, tapi nanti bisa berbusa-busa dan bahkan kehilangan makna. Biarlah sisanya aku simpan sendiri, di benakku.

----TAMAT----


About the Author
susiivvaty

Share a little biographical information to fill out your profile. This may be shown publicly. Share a little biographical information to fill out your profile

2 comments :

  1. masa kecilnya aja ampe 9 babak.
    dulu kelamaan kali kecilnya, yah, jeng:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha ya ampun, aku membaca lagi dan ngekek sendiri. Cerita masa kecil dengan gaya penceritaan a la majalah anak-anak qkqkqkqkq

      Delete

Our mission of increasing global understanding through exploration, geography education, and research.