Susi Ivvaty

Kisah Pecatur Dita Karenza Memburu Salju Pertama

Related Posts

 
 
DITA KARENZA
 
Bermain Catur demi
Memburu Salju....
 
Dita Karenza masih berusia 13 tahun. Namun, petualangannya di jagat catur sudah lumayan. Ia telah tampil di Turki, Rusia, Romania, dan bolak-balik ke Vietnam serta Filipina. Tubuhnya mungil, gayanya ceria khas anak-anak, dan masih sering kangen pada kakeknya, guru catur kanak-kanaknya.
Dita menjadi harapan Indonesia pada masa depan. Prestasinya cemerlang sejak usia tujuh tahun. Ia pun dimasukkan ke tim nasional untuk SEA Games 2013, tim 150 persen. Memang belum tentu berangkat ke Myanmar. Akan tetapi, Dita berkesempatan ikut uji coba, salah satunya Kejuaraan Kontinental Asia Piala Manny Pacquiao 2013, di Manila, Filipina, 18-26 Mei. 

Dita, yang bergelar Master FIDE Wanita (WFM), sangat percaya diri melawan pecatur-pecatur yang lebih kuat. Ia berada di peringkat ke-40 dari 40 peserta, alias juru kunci dengan rating 1.821. Namun, ia bergeming. ”Aku enggak mikirin rating. Cuek saja. Kan bisa saja ratingnya tinggi, tetapi dapetnya udah lama dan enggak pernah tanding lagi,” kata sulung tiga bersaudara kelahiran Tarakan pada 2000 ini. Benar saja. Dalam lima babak, Dita meraih tiga poin, hasil tiga kemenangan atas Jedara Docena (Filipina, ra t i n g
2 .01 9) Sharmin Shirin Sultana (Banglades, ra t i n g 2.005), dan Nguyen Thi Mai Hung (Vietnam, 2.284). Lawan terakhir ini bergelar WIM dan Raja putihnya mati tak ber-
kutik diskak Dita.
Mengikuti jejak bibi


 
Dita kecil mengikuti jejak bibinya yang juga pecatur nasional, Dewi AA Citra (19). Ayah Citra adalah kakek Dita, yang mengajari bibi dan keponakan ini bermain catur. Kakeknya bukan pecatur jagoan, hanya pecatur lapak, kata Dita. Akan tetapi, sang kakek ini pintar dari membaca buku, dan buku itu pula yang menjadi referensinya untuk mengajari Citra dan Dita.
Dita mulanya enggan diajak main catur. Pikirnya, pemain catur pasti seorang pemalas. Kerjaannya cuma duduk. Makanya ia tidak mau menjadi tambah malas. Namun, mimpi bibinya menularinya. Sambil memainkan boneka Barbie, Citra bercerita tentang salju. Suatu saat, Citra ingin bisa melihat salju. ”Ternyata mimpi Citra kesampaian. Main catur ke Eropa. Aku juga ingin melihat salju seperti tante. Makanya aku jadi mau belajar catur he-he-he,” tutur Dita. 

Setahun setelah berlatih catur pada usia tujuh tahun, Dita memenangi Kejuaraan Daerah di Kalimantan Timur. Dita menang lagi di Kejuaraan Nasional dan dihadiahi bertanding ke Kejuaraan Dunia Remaja di Turki. Saat itu musim dingin, dan Dita pun bisa melihat salju. Waaaah.... Mimpinya terkabul.
Satu demi satu prestasi ia raih. Pada 2008 di kejuaraan kelompok umur ASEAN di Vietnam, Dita menyabet dua emas untuk catur blitz (catur kilat) dan rapid (catur cepat). Ia juga pemenang ketiga Kejuaraan Pelajar Dunia pada tahun yang sama. Setahun berikutnya di Kejuaraan Remaja ASEAN di Filipina, Dita menyabet tiga emas atau semua kategori, yakni klasik, blitz, dan rapid.  Ia pun dianugerahi gelar WFM karena kecemerlangannya,meski ratingnya belum cukup .
Jalan masih panjang bagi Dita untuk meraih mimpi besarnya, merengkuh gelar Grand Master Wanita. Untuk itu,sederet norma harus ia penuhi. Yakin? Ia sangat yakin, seyakin dulu saat memburu salju pertamanya. (Kompas, 24 Mei 2013)


About the Author
susiivvaty

Share a little biographical information to fill out your profile. This may be shown publicly. Share a little biographical information to fill out your profile

No comments :

Leave a Reply

Our mission of increasing global understanding through exploration, geography education, and research.