Susi Ivvaty

Menyusuri Portobello dan Borough Market

Related Posts


Film drama romantis ”Notting Hill” (1999) masih meninggalkan jejak di sebuah toko di Portobello Road, London. Poster pemerannya, Julia Roberts dan Hugh Grant, terpampang di tembok luar toko yang sederhana, serta cat biru yang sama seperti di film.


Bedanya, toko buku ”The Travel Book Co” milik William Thacker (diperankan Grant) seperti di film itu telah berubah menjadi toko sepatu dengan nama Notting Hill.
”Sejak empat tahun lalu, namanya sengaja diganti Notting Hill agar lebih pas dengan judul di film itu. Lagi pula, sekarang tidak lagi menjadi toko buku,” tutur Ruth Byford, karyawan toko Notting Hill.





Siang di akhir pekan pada Agustus itu cukup terik, menyenangkan untuk suasana musim panas tahun ini di London, yang cuacanya serba tidak menentu. Jalan di sepanjang Portobello riuh oleh wisatawan. Kebetulan waktunya bersamaan dengan hajatan Olimpiade 2012. Sepertinya semua orang ingin berbelanja.

Portobello Road memang semacam jalan yang juga berfungsi sebagai pasar, mengingatkan pada Jalan Malioboro di Yogyakarta dan Jalan Surabaya di Jakarta. Portobello adalah perpaduan kedua jalan itu. Di sini berkumpul para pedagang kain tradisional, baju, sepatu, suvenir penanda kota, warung kopi, restoran, barang antik, mesin jahit bekas, buku-buku lawas, hingga sayur-mayur. Di musim panas ini, jenis dagangan bertambah satu, yakni pernak-pernik suvenir Olimpiade.

Toko sepatu Notting Hill menjadi salah satu penanda dan pemicu riuhnya jalan Portobello sepanjang sekitar dua kilometer di distrik Notting Hill, wilayah Kensington dan Chelsea di London Barat. Menurut beberapa pedagang, penggalan jalan Portobello ini memang sudah difungsikan sebagai pasar sejak dulu, tetapi bertambah riuh sejak film Notting Hill dirilis.

”Setiap hari, ratusan orang menanyakan toko ini setelah melihat Julia Roberts dan Hugh Grant di poster film. Orang-orang memang ingin tahu dan kami sengaja memasang poster itu. Setiap hari, saya harus menjawab pertanyaan,” kata Byford, yang lantas menunjukkan buku tebal tentang film Notting Hill.

Byford tetap santai melayani setiap wisatawan berbagai bangsa yang ingin tahu soal toko ini. ”Sudah 13 tahun lalu dan masih ada saja orang bertanya setiap kali melancong ke Portobello. Saya justru senang, mereka membuat pasar di sepanjang jalan ini menjadi ramai. Pedagang laris, semua senang,” lanjutnya.

Setiap Agustus sejak 1996 digelar Festival Film Portobello di seputaran jalan ini. Setiap Sabtu, Portobello menjadi rumah bagi pemburu barang antik, pencinta kain tradisional, dan penggemar wisata belanja. Riuh dan heboh.





Borough Market

Pasar selain menjadi pusat keramaian dan tempat berkumpul juga menjadi salah satu penanda kota. London memiliki sejumlah pasar tradisional di setiap distrik, seperti Portobello, Borough, Woolwich, dan Greenwich. Tidak semua pasar ramai setiap hari. Borough Market, misalnya, hanya buka setiap Jumat dan Sabtu meski khusus musim panas ini buka setiap hari.






Jika Portobello memiliki Notting Hill sebagai simbol, Borough Market di kawasan Southbank memiliki kedai kopi Monmouth. Kedai kopi ini menjadi favorit pelanggan yang menyukai cita rasa kopi khas, bukan kedai kopi massal-waralaba seperti Starbucks, Costa, atau Nero. Harus mengantre untuk membeli secangkir kopi di Monmouth.

Borough Market ini sama belaka dengan pasar-pasar tradisional di Indonesia. Di salah satu sudut berkumpul pedagang sayuran, lalu ada pedagang ikan, daging, bumbu-bumbu, keju, roti, hingga warung kelontong. Harganya tidak berbeda dengan di minimarket. Tomat besar 5 pounds per kilogram atau sekitar Rp 75.000. Terong ungu besar Rp 20.000 per biji. Brokoli Rp 45.000 per kg. Wortel Rp 25.000 per kg.

Kami kembali ke Monmouth seusai menyusuri lorong pasar. Astaga! Antrean kedai kopi yang tadi panjang kini makin mengular. ”Ha-ha-ha, memang selalu begini. Orang suka Monmouth karena kesannya lebih independen dan intimate. Aku suka espresso karena pakai biji kopi dari Etiopia dan Kenya,” kata Ulung Putri, mahasiswa Media dan Komunikasi Universitas Brunel, London, yang pernah menulis paper tentang industri kreatif di kawasan Southbank.

Ulung menambahkan, Monmouth memasok kopi dari beberapa negara, termasuk Indonesia, khususnya Sumatera Barat. ”Tipenya ’blue Batak’. Orang biasanya membeli kopi hitam lalu minta digiling setengah halus. Kalau aku lalu bikin kopi sendiri di kos-kosan pakai french press, he-he-he,” katanya.

Akhirnya, kami berhasil menikmati espresso bikinan Monmouth. Harum dan sedapnya. Pandangan jadi terang saat kami berjalan kaki sambil mengobrol di sepanjang sisi sungai Thames di kawasan Southbank.

Ulung kembali bercerita, ”Southbank itu menarik banget. Pada 1930-1950-an, area ini tertinggal. Lalu dibikinlah Royal Festival Hall, National Theatre, Hayward Gallery, dan lain-lain. Southbank yang hancur total bisa berubah dari area yang ’mati’, bronx, menjadi salah satu pusat kegiatan seni dan budaya sekaligus incaran turis di London....”

Seru banget perjalanan kami hari ini.... hmmm.... (Kompas, 2 September 2012)


About the Author
susiivvaty

Share a little biographical information to fill out your profile. This may be shown publicly. Share a little biographical information to fill out your profile

1 comments :

  1. KISAH NYATA..............
    Ass.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
    dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
    saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
    saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
    internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
    awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
    sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
    Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.

    KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
    BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!

    ((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))

    Pesugihan Instant 10 MILYAR
    Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :

    Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
    Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
    dll

    Syarat :

    Usia Minimal 21 Tahun
    Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
    Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
    Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
    Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda

    Proses :

    Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
    Harus siap mental lahir dan batin
    Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
    Pada malam hari tidak boleh tidur

    Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :

    Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
    Ayam cemani : 2jt
    Minyak Songolangit : 2jt
    bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt

    Prosedur Daftar Ritual ini :

    Kirim Foto anda
    Kirim Data sesuai KTP

    Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR

    Kirim ke nomor ini : 085320279333
    SMS Anda akan Kami balas secepatnya

    Maaf Program ini TERBATAS .

    ReplyDelete

Our mission of increasing global understanding through exploration, geography education, and research.